Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini Senin 22 Desember 2025

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini Senin 22 Desember 2025
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini Senin 22 Desember 2025

JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan masih berada dalam tekanan pada awal pekan ini. 

Sentimen global yang berkembang membuat rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah pada perdagangan Senin, 22 Desember 2025, seiring menguatnya dolar AS dan meningkatnya kewaspadaan pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi global maupun domestik.

Berdasarkan proyeksi pasar, rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp16.750 hingga Rp16.780 per dolar AS. Tekanan ini mencerminkan respons investor terhadap berbagai faktor eksternal, terutama dari Amerika Serikat, yang masih menjadi acuan utama pergerakan mata uang global.

Baca Juga

Penggunaan Mata Uang Lokal RI-Jepang Kini Berlaku Semua Transaksi

Penguatan Dolar AS Membayangi Pergerakan Rupiah

Mengacu pada data Bloomberg, rupiah pada penutupan perdagangan Jumat, 19 Desember 2025, tercatat melemah sebesar 0,16 persen dan berada di level Rp16.723 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS justru menguat sebesar 0,22 persen ke posisi 98,63.

Direktur Traze Andalan Futures Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa penguatan dolar AS dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh rilis data indeks harga konsumen inti Amerika Serikat pada November 2025. Data tersebut menunjukkan penurunan inflasi inti ke level terendah sejak awal 2021, yang secara teori membuka ruang bagi kebijakan pelonggaran moneter.

Data Inflasi AS Picu Sikap Hati Hati Pasar

Meski inflasi inti AS menunjukkan perlambatan, pasar tidak serta-merta merespons dengan optimisme. Ibrahim menilai, sejumlah ekonom memperingatkan bahwa penutupan pemerintahan Amerika Serikat selama lebih dari satu bulan berpotensi mendistorsi sebagian data ekonomi yang dirilis.

Kondisi ini membuat pelaku pasar bersikap lebih berhati-hati dalam mengambil posisi, karena kualitas data yang menjadi dasar analisis kebijakan moneter dinilai belum sepenuhnya mencerminkan kondisi riil perekonomian.

Pasar Tenaga Kerja AS Masih Tangguh

Selain inflasi, data ketenagakerjaan Amerika Serikat juga menjadi faktor penting yang memengaruhi pergerakan dolar AS. Departemen Tenaga Kerja AS sebelumnya melaporkan kondisi pasar tenaga kerja yang masih cukup solid, sehingga menimbulkan skeptisisme terhadap peluang penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Menurut Ibrahim, kombinasi antara inflasi yang melambat dan data tenaga kerja yang kuat menciptakan ketidakpastian arah kebijakan The Federal Reserve. Hal inilah yang kemudian mendorong volatilitas di pasar valuta asing, termasuk terhadap rupiah.

Sentimen Geopolitik Ikut Berpengaruh

Selain faktor ekonomi, sentimen geopolitik juga turut mewarnai pergerakan pasar global. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan optimisme bahwa pembicaraan untuk mengakhiri konflik di Ukraina hampir mencapai titik terang, menjelang pertemuan antara pejabat AS dan Rusia.

Pernyataan tersebut memberi sedikit sentimen positif di pasar, namun belum cukup kuat untuk meredam penguatan dolar AS secara signifikan. Investor global masih menunggu kepastian hasil perundingan dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan Eropa Timur.

Peringatan Bank Dunia Jadi Sorotan Investor

Dari dalam negeri, perhatian pasar tertuju pada laporan Bank Dunia yang menyoroti kondisi fiskal Indonesia dalam jangka menengah. Lembaga tersebut memperingatkan adanya potensi pelebaran defisit anggaran pendapatan dan belanja negara secara konsisten hingga mendekati batas psikologis tiga persen pada 2027.

Peringatan ini muncul seiring dengan proyeksi penurunan rasio pendapatan negara dan meningkatnya beban pembayaran utang pemerintah dalam beberapa tahun ke depan.

Defisit Fiskal Diproyeksikan Terus Melebar

Ibrahim menilai, defisit fiskal Indonesia terhadap produk domestik bruto diperkirakan akan meningkat menjadi 2,9 persen pada 2027. Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi defisit pada Oktober 2025 yang tercatat sebesar 2,0 persen terhadap PDB, maupun target dalam Undang-Undang APBN 2026 yang menetapkan defisit sebesar 2,7 persen.

“Konsekuensi dari seretnya pendapatan dan melebarnya defisit adalah kenaikan rasio utang pemerintah,” kata Ibrahim, dikutip Senin.

Tekanan Domestik Tambah Beban Rupiah

Melebarnya defisit dan potensi peningkatan rasio utang menjadi salah satu faktor yang dicermati investor asing. Kondisi ini dinilai dapat menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah, terutama di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

Pelaku pasar cenderung bersikap selektif dan menahan ekspansi investasi, sambil menunggu kejelasan arah kebijakan fiskal dan moneter baik di dalam negeri maupun di tingkat global.

Rupiah Diproyeksikan Bergerak Fluktuatif

Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen tersebut, Ibrahim memproyeksikan pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini akan berlangsung fluktuatif. Namun secara umum, rupiah diperkirakan masih cenderung ditutup melemah di kisaran Rp16.750 hingga Rp16.780 per dolar AS.

Kondisi pasar yang sensitif terhadap rilis data dan pernyataan pejabat global membuat pelaku pasar diharapkan tetap mencermati perkembangan terkini, baik dari Amerika Serikat maupun dari dalam negeri.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Bank Raya Permudah Transaksi Digital Pengunjung TMII Saat Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Bank Raya Permudah Transaksi Digital Pengunjung TMII Saat Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Update Pergerakan Harga Emas UBS dan Galeri24 di Pegadaian Hari Ini 22 Desember 2025 Terpantau Variatif

Update Pergerakan Harga Emas UBS dan Galeri24 di Pegadaian Hari Ini 22 Desember 2025 Terpantau Variatif

OCBC NISP Revisi Anggaran Dasar untuk Perluas Pemanfaatan Modal Digital

OCBC NISP Revisi Anggaran Dasar untuk Perluas Pemanfaatan Modal Digital

Perubahan Struktur Saham Impack Pratama Memunculkan Pemegang Saham Baru

Perubahan Struktur Saham Impack Pratama Memunculkan Pemegang Saham Baru

TRIN Kembangkan Logistic Park Data Center dan Luxury Hospitality Strategis Mulai 2026

TRIN Kembangkan Logistic Park Data Center dan Luxury Hospitality Strategis Mulai 2026